Monday, March 7, 2011

Yang Disembelih itu Ishaq, bukan Ismail

Disusun oleh Muhammad Abduh Tuasikal dan Ari Wahyudi
Ringkasan dari tulisan kami berdua yang pernah dipublish di www.muslim.or.id (silakan download artikel selengkapnya di page e-book RUMAYSHO di atas)

Ini juga adalah kerancuan yang dimunculkan oleh Makrus (yang mengaku habib).
Dia mengatakan,

”Isi dalam Al Qur’an itu tidak ada satu pun yang salah, namun hanya terjadi kesalah pahaman. Contoh kecil adalah dalam perayaan Idul Adha. Menurut Islam yang disembelih adalah Ismail sedangkan menurut Kristen adalah Iskak (mungkin yang dimaksudkan adalah Ishaq, pen).” Kemudian dia mengatakan,”Mana dalilnya yang menyatakan bahwa yang disembelih adalah Ismail?” Lalu dia begitu tegasnya mengatakan,”Tidak ada satu pun ayat yang menyatakan bahwa yang disembelih adalah Ismail. Justru yang disembelih oleh Ibrahim adalah Ishaq walaupun pada akhirnya diganti domba. Di dalam kitab suci Al Qur’an, yang dikatakan disembelih adalah Ishaq bukan Ismail.”

Berikut sanggahannya:

Kami begitu heran, kok dia begitu lancangnya menyatakan demikian sebagaimana dia menyatakan pula bahwa tidak ada satu ayat pun yang memerintahkan mengikuti Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Karena dia mengatakan dengan membawa nama Al Qur’an maka kami akan buktikan dengan membawa ayat dan tafsir mengenai hal ini. Marilah kita lihat tentang kisah Ibrahim, Isma’il dan Ishaq pada Surat Ash Shafaat ayat 100-113.

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ (100) فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ (101) فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102) فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (103) وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ (104) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (105) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ (106) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (107) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآَخِرِينَ (108) سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ (109) كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (110) إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ (111) وَبَشَّرْنَاهُ بِإِسْحَاقَ نَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ (112) وَبَارَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلَى إِسْحَاقَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَظَالِمٌ لِنَفْسِهِ مُبِينٌ (113)

“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar (yaitu Ismail). Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu)”Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.” Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang Zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.”

Lalu apakah betul anak yang disembelih adalah Ishaq?
Hal ini sudah dijawab oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Mari kita lihat!

“Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar”. Anak ini adalah Ismail ‘alaihis salam. Karena Ismail adalah anak pertama Ibrahim ‘alaihis salam. Dan Ismail lebih tua daripada Ishaq dengan kesepakatan (ijma’) kaum muslimin dan ahlul kitab (Yahudi dan Nashrani, pen). Bahkan di dalam Kitab mereka (Taurat dan Injil, pen), Isma’il lahir pada saat Ibrahim berumur 86 tahun, sedangkan Ishaq lahir pada saat Ibrahim beumur 99 tahun. Menurut Ahlul Kitab, sesungguhnya Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih anaknya yang wahid (tunggal). Dan di naskah lain dikatakan ‘bikr (anak pertama)’. Lalu mereka melempar (menghilangkan) perkataan ini dengan melakukan kedustaan dan kebohongan, yaitu sengaja mengganti dengan nama Ishaq. Mereka tidak membolehkan (menyetujui) hal ini karena menyelisihi nash kitab mereka. Sesungguhnya mereka mengganti dengan nama Ishaq karena Ishaq adalah bapak mereka. Sedangkan Isma’il adalah bapak orang Arab. Oleh karena itu mereka dengki kepada orang Arab (umat Islam), lalu menambahkan demikian dan mereka merubah nama anak pertama Ibrahim ini.

Sebagian ulama juga telah berpendapat bahwa yang disembelih adalah Ishaq sebagaimana diceritakan dari beberapa salaf, bahkan dikatakan pula oleh beberapa orang sahabat. Dan pendapat ini tidaklah berlandaskan pada Kitab (Al Qur’an) maupun Sunnah. Aku menduga bahwa hal ini tidaklah didapatkan kecuali dari berita Ahli Kitab lalu diambil oleh kaum muslimin tanpa ada hajat (kebutuhan). Padahal Al Qur’an telah menjadi saksi dan petunjuk bahwa yang disembelih adalah Isma’il. Karena Ismail telah disebut dengan ‘seorang anak yang amat sabar’ dan disebutkan bahwa dia disembelih. Kemudian dikatakan pada ayat berikutnya ‘Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh’. Dan tatkala malaikat memberi kabar mengenai kelahiran Ishaq, mereka mengatakan,

{ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلامٍ عَلِيمٍ }

“Sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki yang alim” (QS. Al Hijr [15] : 53)

Kemudian Allah firmankan pula,

{ فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ }

“Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan setelah Ishak adalah Ya’qub.” (QS. Hud [11] : 71)

Yaitu akan lahir bagi Ibrahim dalam kehidupan Ibrahim dan Istrinya; Ya’qub. Ya’qub inilah yang darinya akan lahir keturunan dan cucu Ibrahim. Dan telah lewat di atas bahwa tidak boleh setelah ini, Ibrahim diperintahkan menyembelih Ishaq padahal dia masih kecil (lihat umur Ishaq dan Ismail di atas selisih 13 tahun). Karena Allah Ta’ala telah menjanjikan bagi Ibrahim dan istrinya keturunan dan cucu. Bagaimana mungkin setelah ini, Ibrahim diperintahkan menyembelih Ishaq sedangkan dia masih kecil? Sedangkan Isma’il disifati dengan ‘hilm’ (sabar) di sini karena hal ini lebih sesuai dengan konteks ayat.” Demikianlah penjelasan dari Ibnu Katsir.

Tafsiran yang lainnya pula –yang insya Allah akan lebih memperjelas- adalah perkataan Syaikh Muhammad Amin Asy Syinqithi dalam tafsirnya Adwa’ul Bayan.

Beliau rahimahullah mengatakan,”Ketahuilah –semoga Allah memberi taufik kepadaku dan kepada engkau-. Sesungguhnya Al Qur’an Al ‘Azhim telah menunjukkan pada dua tempat bahwa yang disembelih adalah Isma’il dan bukanlah Ishaq. Yang pertama pada surat Ash Shoffaat dan yang kedua pada surat Hud.”

Yang pertama adalah pada surat Ash Shoffaat sebagaimana telah kami tunjukkan di atas dan yang kedua adalah surat Hud ayat 71 di atas. Ringkasnya, Syaikh Muhammad Asy Syinqithi menjelaskan bahwa :

Pertama; Yang menunjukkan bahwa Isma’il-lah yang disembelih adalah berdasarkan konteks ayat. Dapat kita lihat dari jalan cerita ayat ini. Pada awalnya Ibrahim dikabarkan akan mendapatkan anak yang amat sabar. Kemudian pada ayat 112, Ibrahim dikabarkan akan mendapatkan Ishaq yang akan lahir darinya cucu yaitu Ya’qub. Maka hal ini menunjukkan bahwa berita pertama adalah berbeda dengan berita kedua. Karena tidak boleh membawa maksud Al Qur’an bahwa berita pertama adalah mengenai Ishaq. Kemudian setelah disembelih, lalu pada akhir kisah disebut lagi ‘telah Kami kabarkan pada Ibrahim mengenai Ishaq’. Maka ini merupakan pengulangan tanpa ada faedah dan apa gunanya Allah menurunkannya berulang. Oleh karena itu, ayat ini menunjukkan dengan sangat jelas bahwa yang anak yang diberitakan pertama kali lalu disembelih adalah Isma’il. Sedangkan berita mengenai Ishaq adalah nash yang berdiri sendiri setelah itu.

Kedua; Adapun pada ayat kedua yaitu surat Hud ayat 17. Yaitu bahwasanya utusan Allah dari malaikat menyampaikan kabar gembira kepada Ibrahim mengenai Ishaq. Lalu Ishaq akan melahirkan Ya’qub. Maka sungguh tidak masuk akal, Ibrahim diperintahkan menyembelih Ishaq padahal dia masih kecil dan Ibrahim telah meyakini bahwa dia akan hidup hingga Ya’qub lahir.

Dari penjelasan ini, kita dapat lihat siapakah yang salah paham, Si Habib ini ataukah para ulama ahli tafsir. Tentu ulama ahli tafsir lebih berilmu dan lebih paham daripada dia.