Saturday, July 7, 2007

Bersedekap di Dada

BERSEDEKAP DI DADA
 
Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam meletakkan tangan kanannya di atas telapak tangan kiri, dan (terkadang –pen) di pergelangan tangan, serta di hasta. [142] Beliau memerintahkan hal itu kepada shahabatnya. [143] Dan terkadang beliau (bersedekap) dengan menggenggamkan tangan kanannya di atas tangan kiri. [144] Nabi meletakkan keduanya di dada [145] dan melarang perbuatan ikhtisar [146] dalam shalat [147] karenan menyerupai salib yang beliau larang. [148]
 
___________________________
Catatan Kaki:
 
[142] HR. Abu Dawud, An-Nasa’I, dan Ibnu Khuzaimah (1/54/2) dengan sanad yang shahih. Dishahihkan oleh Ibnu Hibban (458).
[143] HR. Malik, Al-Bukhari dan Abu ‘Awanah.
[144] HR. An-Nasa’I dab Ad-Daruquthy dengan sanad yang shahih.
Hadits ini menunjukkan bajwa termasuk sunnah adalah menggenggam tangan kanan di atas tangan kiri. Sementara dalam hadists yang pertama menujukkan beliau hanya meletakkan saja akan tetapi keduanya termasuk sunnah. Adapun menggabungkan “Al-qabdh (menggenggam dengan al-wadhu” (meletakkan –pen) sekaligus sebagaimana yang dianggap baik oleh orang-orang belakangan dari kalangan Hanafiyah (mahdzab Hanafi) maka hal tersebut adalah bid’ah dan bentuknya sebagaimana ang mereka sebutkan yakni tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri kemudian jari kelingking dengan ibu jari menggenggam pergelangan sementara tigajemari lainnya dibentangkan – sebagaimana tersebut dalam Hasyiah Ibnu ‘Abidin. (1/454) maka jangan sampai anda tertipu dengan ucapan sebagian orang-orang belakangan semacam ini.
[145] HR. Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya (1/54/2), Ahmad, dan Abu Syaikh dalam Tarikh Ashbahan (hal. 125). Al-Imam At-Tirmidzi menghasankan salah satu sanadnya.  Hadits yang semakna dengan hal ini terdapat dalam Muwatha’ dan diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahih-nya bila diperhatikan dengan seksama, dan sungguh telah aku rinci pembahasan seputar jalan-jalan periwayatan hadits ini dalah Ahkamul Janaiz (hal. 118).
Catatan: Meletakkan kedua tangan di dada itulah yang shahih dalam As-Sunnah, sementara lainya adakalanya dhaif riwauatnya atau tidak ada asalnya. Sungguh sunnah yang demikian ini telah diamalkan oleh Al-Imam Ishaq bin Rahawaih sebagaimana yang diturunkan oleh Al-Marwazy dalam Al-Masa’il (hal. 222), beliau menceritakan, “Dahulu Ishaq pernah shalat Witir mengimani kami…. Beliau mengangkat kedua tangan ketika qunut dan melakukan qunut sebelum ruku’. Beliau meletakkan kedua tangannya pada dadanya atau dibawahnya.”
Demikian pula perkataan Al-Qadli ‘Iyadh Al-Maliki dalam Mustahabbatis Shalat dari kitabnya Al-I’lam (hal. 15 cetakan ketiga Ar-Ribath): “Dan meletakkan tangan kanan di atas punggung tangan tangan kiri di sebelah atas dada.”
Yang lebih dekat dari hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad dalam Masa’il karyaya (hal. 62), beliau menyatakan: “Aku pernah melihat ayahku tatkala shalat meletakkan kedua tangannya, salah satunya di atas yang lain di sebelh atas pusar (yakni di bawah dada –pen).” Lihat Irwaul Ghalil (353).
[146] Yakni meletakkan tangan di atas lambung. Sebagaimana yang ditafsirkan oleh sebagian rawi hadits ini.
[147] HR. Bukhari-Muslim. Lihat takhrijnya dalam Al-Irwa’ (374).
[148] HR. Abu Dawud, An-Nasa’i, dan selain keduanya.
 
 
Disalin dari terjemahan kitab Shifatu Shalaati An-Nabiyyi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam min At-Takbiiri ilaa At-Tasliimi Ka-annaka Taraahaa (Tuntunan Shalat Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam) oleh Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani.