Friday, August 3, 2007

Meninggalnya Para Ulama

Dalam Shahihain (dua kitab Shahih), Shahih Imam Bukhari dan Shahih Imam Muslim, dari sahabat yang agung, ‘Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Ash, dia mengatakan: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْتَزِعُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا وَلَكِنْ يَقْبِضُهُ
بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَالَمْ يَبْقَ عَالِمٌ اتَّخَذَ النَّاسُ
رُءُوسًا جُهَّالًا فَيَسْتَفْتُوْهُمْ فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا
وَأَضَلُّوا

“Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu (dari manusia) secara
langsung, tetapi Dia mencabut ilmu dengan mencabut nyawa para ulama. Sehingga ketika tidak tersisa seorang ‘alimpun, orang-orang mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh, lalu orang-orang bertanya kepada mereka, lalu mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan”

Hadits ini disampaikan oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Atsari –hafizhahullah- secara makna. Adapun sebagian lafazhnya yang termaktub dalam Shahih Al-Bukhari : ” Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari hamba-hamba secara langsung, tetapi dia mencabut ilmu dengan mewafatkan ulama. Sehingga ketika Allah pun tidak menyisakan seorang alim pun, lalu mereka itu ditanya, lantas berfatwa tanpa ilmu. Akibatnya, mereka sesat dan menyesatkan” [HR Bukhari, no. 100]