Friday, April 20, 2007

Ketika Adam dan Hawwa’ ‘alaihimas salam diusir dari Surga

Dengan lengkapnya kehidupan Adam di surga Allah setelah diciptakan pasangan baginya, yaitu Hawwa’, maka iblis pun yang telah diusir dari surga-Nya dan telah dikutuk oleh-Nya, mulai melancarkan operasi kedengkiannya dengan menggoda Adam dan Hawwa’ agar melanggar larangan Allah mendekati pohon terlarang yang ada padanya.

Kisah godaan iblis dan pelanggaran Adam dan Hawwa’ ini telah diceritakan oleh Allah Ta`ala dan Rasul-Nya serta para Shahabat nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam sebagaimana berikut ini. Allah Ta`ala menceritakan proses rayuan iblis kepada keduanya dalam beberapa ayat Al-Qur’an berikut ini:

(Artinya) “Wahai Adam, tinggallah engkau dan pasanganmu di surga. Makanlah apa saja yang kalian sukai darinya dan janganlah kalian mendekati pohon itu. Karena bila kalian mendekatinya maka kalian berdua akan menjadi termasuk golongan orang-orang yang dhalim.” Maka syaithan pun membisiki Adam dan Hawwa’ dengan satu perkara yang menyebabkan terbukanya kemaluan keduanya. Dan syaithan pun menyatakan: “Tidaklah Tuhan melarang kalian berdua mendekati pohon ini, kecuali agar kalian tidak menjadi Malaikat atau agar kalian jangan tinggal di surga ini dengan kekal.” Dan syaithan pun bersumpah dengan nama Allah di hadapan keduanya dengan menyatakan: “Sesungguhnya aku adalah pihak yang dengan tulus menasehati kalian berdua.” Maka syaithan pun menipu keduanya untuk mendekati pohon itu. Sehingga ketika keduanya merasakan buah dari pohon itu, tampaklah bagi keduanya kemaluan masing-masing, sehingga keduanya pun bersegera menutupi aurat masing-masing dengan dedaunan pohon-pohon di surga. Maka Tuhan pun memanggil keduanya: “Bukankah Aku telah melarang kalian berdua untuk medekat kepada kedua pohon itu, dan bukankah Aku telah mengatakan kepada kalian berdua bahwa syaithan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian berdua?” Maka Adam dan Hawa pun menyatakan: “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mendhalimi diri kami. Maka bila Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami, niscaya kami sungguh akan menjadi golongan yang merugi. Allah menyatakan kepada semuanya: “Turunlah kalian semua ke bumi. Sebagian kalian akan menjadi musuh atas sebagian yang lainnya. Dan bagi kalian di bumi itu ada tempat tinggal dan kesenangan sampai waktu tertentu. Allah menyatakan juga kepada mereka semua: “Di bumi itu kalian akan hidup dan padanya pula kalian akan mati dan daripadanya pula kalian akan dibangkitkan di hari kiamat.” (Al-A`raf: 19 – 25)

Al-Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir At-Thabari rahimahullah dalam tafsir beliau ketika menerangkan ayat ke 36 surat Al-Baqarah, membawakan sebuah riwayat dengan sanadnya bersambung kepada para Shahabat Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam wa radliyallahu `anhum ajma’in seperti Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud dan lain-lainnya dari kalangan Shahabat senior semua, beliau menerangkan: “Ketika Allah Yang Maha Agung dan Maha Mulia menyatakan kepada Adam: Tinggallah engkau dan pasanganmu di surga dan makanlah dari buah-buahan di surga dengan sekehendak kalian, dan janganlah kalian berdua mendekati pohon itu, niscaya bila kalian mendekatinya akan menjadi termasuk golongan orang-orang yang berbuat dhalim.

Iblis ingin masuk ke surga guna menemui keduanya, tetapi penjaga surga mencegahnya. Maka dia pun mendatangi seekor ular, yang pada waktu itu mempunyai empat kaki seperti unta, dan termasuk hewan yang paling bagus bentuknya waktu itu. Iblis berbicara dengannya untuk kiranya dia dapat masuk di mulut ular itu dan ular itu pun masuk ke surga sehingga iblis dapat masuk dengannya dan lolos dari penjaganya. Mereka tidak mengerti, apa yang dimaukan oleh Allah dengan ketentuan taqdir-Nya dimana iblis berhasil mengecohkan Malaikat penjaga surga sehingga dapat masuk ke dalam surga dengan menumpang pada ular itu. Iblis kemudian berbicara dengan Adam dan Hawwa’ dari mulut ular itu, tetapi keduanya tidak memperdulikannya. Keduanya baru mau mendengar omongan iblis setelah iblis keluar dari mulut ular itu. Kata iblis kepada keduanya: Wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon khuldi (yakni pohon kekekalan) dan pohon mulkin (yakni pohon yang menjadikan orang yang memakannya menjadi raja) yang tidak akan binasa (Demikian diberitakan oleh Allah Ta`ala pernyataan iblis kepada Adam dalam surat Thaha ayat ke 120). Selanjutnya iblis menyatakan kepada Adam: Maukah aku tunjukkan kepadamu satu pohon yang bila engkau memakan buahnya, niscaya engkau akan menjadi raja seperti Allah Ta`ala, atau engkau menjadi orang-orang yang kekal sehingga engkau tidak akan mati selamanya. Dan iblis pun bersumpah dengan nama Allah di hadapan keduanya sembari menyatakan: Sesungguhnya aku termasuk pihak yang tulus dalam memberikan nasehat kepada kalian berdua. Iblis menginginkan kemaluan keduanya tersingkap dengan membuka baju keduanya. Dan iblis telah tahu sebelumnya bahwa keduanya mempunyai kemaluan ketika iblis sempat melongok pada catatan para Malaikat. Tetapi Adam belum mengerti kalau dirinya punya kemaluan. Waktu itu pakaian Adam untuk menutupi auratnya adalah dhufura (yakni dari sesuatu yang menyerupai lemak daging yang jernih, putih dan tebal. Demikian diterangkan dalam An-Nihayah fi Gharibil Hadits karya Abus Sa’adaat Ibnul Atsir jilid 3 hal. 158, pent). Adam menolak ajakan iblis untuk makan buah dari pohon terlarang itu. Tetapi Hawwa’ justru maju mendekati pohon itu dan makan dari buahnya, kemudian dia menyatakan kepada Adam: Wahai Adam makanlah, karena aku telah memakannya dan tidak berakibat negatif apapun bagiku. Maka ketika Adam memakan buah itu, tampaklah kemaluan keduanya dan segeralah mereka berusaha menutupinya dengan dedaunan di surga.” Demikian At-Thabari membawakan dalam Tafsir beliau, riwayat yang menerangkan proses pelanggaran Adam dan Hawwa’ secara lengkap sebagaimana yang dikisahkan oleh para Shahabat Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam.

Selanjutnya perlu juga kita mengerti tentang apa penilaian Allah Ta`ala terhadap pelanggaran Adam dan Hawwa’ ini dan apa hukuman yang Allah tetapkan bagi kedua setelah pelanggaran itu. Mengenai hal ini, Allah Ta`ala telah memberitakannya dalam firman-Nya di dalam Al-Qur’an di ayat lainnya sebagai berikut:

“Dan Adam telah durhaka kepada Tuhannya dan telah melenceng dari ketentuan Allah. Kemudian Tuhannya telah memilihnya sebagai orang yang bertaubat atas pelanggarannya dan menunjukinya untuk bertaubat kepada-Nya. Allah pun menyatakan: “Turunlah kalian berdua ke bumi. Sebagian dari kalian menjadi musuh atas sebagian yang lainnya. Maka bila datang petunjuk-Ku kepada kalian, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingat Aku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit dan Kami bangkitkan dia di hari kiamat sebagai orang buta.” (Thaha 121 – 124).

Adam dan Hawwa’ diusir dari surga setelah terjadinya pelanggaran itu dan keduanya diturunkan ke bumi bersama dengan iblis dan ular yang mengantarkan iblis ke dalam surga. Tetapi Adam dan Hawwa’ diusir dari surga dan diturunkan ke bumi dalam keadaan dipilih oleh Allah Ta`ala sebagai hamba-Nya yang bertaubat dari kemaksiatannya dan Allah mengampuni keduanya dan menunjuki keduanya ke jalan yang diridlai-Nya. Sedangkan iblis dan ular diturunkan oleh Allah ke bumi dengan kutukan-Nya. Akibat kutukan-Nya, ular dihilangkan keempat kakinya yang menyebabkan dia harus berjalan dengan bergeser di atas bumi. Dalam peristiwa pengusiran Adam dan Hawwa dari surga dan diturunkan semuanya (baik Adam dan Hawwa’ maupun iblis dan ular) ke bumi, Allah Ta`ala menyatakan: “Sebagian dari kalian menjadi musuh atas sebagian yang lainnya.” Artinya, Adam dan Hawwa’ dan segenap anak turunannya menjadi musuh bagi iblis dan ular dan segenap anak turunannya. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Imam At-Thabari dalam Tafsirnya dari keterangan Ibnu Abbas radliyallahu `anhuma. Kemudian setelah beliau membawakan riwayat-riwayat tersebut, beliau menambahkan:

“Bila ditanyakan: Apa bentuk permusuhan antara Adam dan istrinya terhadap iblis dan ular? Jawabannya adalah: Adapun permusuhan iblis terhadap Adam dan turunannya, ialah kedengkiannya terhadap Adam dan penolakannya untuk mentaati Allah ketika Allah memerintahkan kepadanya agar bersujud kepada Adam seraya mengatakan kepada Allah: Aku lebih baik daripadanya, karena engkau menciptakan aku dari api dan engkau menciptakannya dari tanah liat (surat Shad 76). Adapun permusuhan Adam dan anak keturunannya terhadap iblis, adalah permusuhan kaum Mu’minin terhadap iblis karena kekafirannya kepada Allah dan kedurhakaannya terhadap Tuhannya dalam bentuk penolakannya dan pembangkangannya terhadap perintah-Nya. Dan sikap permusuhan Adam dan anak turunannya yang mu’min terhadap iblis adalah sebagai sikap dhahir keimanan mereka kepada Allah. Adapun sikap permusuhan iblis terhadap Adam adalah sikap dhahir kekafiran iblis terhadap Allah.

Sedangkan permusuhan antara Adam dan anak turunannya terhadap ular, maka hal ini telah kami sebutkan adanya riwayat dari Ibni Abbas dan Wahhab bin Munabbah. Riwayat-riwayat tersebut menerangkan permusuhan itu. Sebagaimana juga yang telah diriwayatkan dari sabda Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam bahwa beliau bersabda: (artinya) “Kita tidak akan membiarkan ular itu sejak kita memeranginya. Maka barangsiapa tidak membunuhnya ketika menemuinya karena takut pembalasannya, maka sungguh dia bukan dari golongan kami.” Demikian At-Thabari menerangkannya dalam Tafsir beliau jilid 1 halaman 278.

Dikisahkan pula dalam beberapa riwayat, seberapa lama Adam dan Hawwa’ tinggal di surga sejak ditempatkan padanya oleh Allah Ta`ala sampai diusir daripadanya untuk diturunkan ke dunia. Al-Imam Abul Fida’ Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab beliau Al-Bidayah wan Nihayah jilid 1 halaman 74 membawakan beberapa riwayat sebagai berikut:
Diriwayatkan dalam Shahih Muslim bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam bersabda: 

(hadits1)

Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan oleh Allah, dan pada hari itu pula dia dimasukkan ke surga. Juga pada hari itu dia dikeluarkan dari surga.” (HR. Muslim dalam Shahihnya Kitabul Jum’ah bab Shalatul Jum’ah wa ma Yata`allaqu biha min Ahkam, hadits ke 854 / 18 dari Abu Hurairah radliyallahu `anhu)

Dan dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan pula sabda Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam yang menyatakan: “Dan pada hari Jumat pula terjadinya hari kiamat.”
Adapun pengertian bahwa Adam masuk surga pada hari Jumat dan dikeluarkan darinya pada hari itu juga ialah sebagaimana yang diterangkan oleh Al-Imam At-Thabari dalam Tarikhnya (jilid 1 hal. 118 – 120) bahwa Adam dan Hawwa’ ditempatkan di surga pada hari Jumat yang sehari waktu itu ukurannya dengan hari yang ada di dunia ini ialah seribu tahun. Jadi sejam di hari itu ukurannya ialah delapan puluh tiga tahun dengan hari yang ada di dunia ini. Sedangkan dalam beberapa riwayat diberitakan bahwa Adam diciptakan sesaat menjelang waktu petang. Kemudian di hari itu juga, dia ditempatkan di surga dan Hawwa’ juga diciptakan setelahnya masih di hari itu. Dia dikeluarkan dari surga untuk diturunkan ke bumi juga di hari itu. Yakni keduanya tinggal di surga Firdaus, hanya setengah jam menurut hitungan waktu di sisi Allah Ta`ala atau empat puluh tiga tahun empat bulan dalam ukuran waktu di dunia. Demikian saya ringkaskan dari keterangan Al-Imam At-Thabari dalam Tarikhnya. 

Selanjutnya berkenaan dengan tempat pertama kalinya Adam, Hawwa’, iblis dan ular di bumi ini, ialah sebagaimana yang diterangkan oleh Al-Imam At-Thabari dalam Tarikhnya (jilid 1 hal. 121 – 126), bahwa Mujahid meriwayatkan keterangan Abdullah bin Abbas bin Abdul Mutthalib yang mengatakan: “Adam diturunkan ketika turun ke bumi di negeri India.” Abu Shalih meriwayatkan juga dari Ibnu Abbas yang menerangkan bahwa Hawwa’ diturunkan di Jeddah yang merupakan bagian dari Makkah. Kemudian dalam riwayat lain At-Thabari meriwayatkan lagi bahwa iblis diturunkan di negeri Maisan, yaitu negeri yang terletak antara Basrah dengan Wasith. Sedangkan ular diturunkan di negeri Asbahan (Iran)

Demikianlah Allah Ta`ala memulai kehidupan Adam dan Hawwa’ di dunia setelah keduanya diusir dari surga. Perpisahan dan perjumpaan adalah satu kemestian dalam kehidupan di dunia ini sebagaimana terpisahnya Adam dari Hawwa’ ketika diturunkan di dunia. Dan juga satu kemestian pula dalam kehidupan di dunia ini, bahwa hidup itu harus berlaga menghadapi musuh-musuh. Karena di samping keduanya diturunkan di dunia ini, juga diturunkan pula iblis dan ular sebagai kedua musuh anak manusia sampai hari kiamat

(B E R S A M B U N G)
Al Ustadz Ja’far Umar Thali