Friday, November 11, 2011

Sapi yang Berbicara

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Dahulu, ada seorang lelaki berjalan sembari menunggangi seekor sapi miliknya [dan dia pun memukuli/mencambukinya]. Maka sapi itu pun menoleh kepadanya dan berkata,

Aku diciptakan bukan untuk diperlakukan seperti ini. Akan tetapi aku diciptakan untuk bercocok tanam.’.” Maka orang-orang pun berkomentar,

Subhanallah -dengan perasaan heran dan kaget-, sapi bisa berbicara?.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya aku mengimani -meyakini kebenaran- hal itu, demikian juga Abu Bakar dan Umar.”

(HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim [8/12] tambahan dalam tanda kurung dari riwayat Bukhari)

Hadits yang agung ini memberikan pelajaran-pelajaran penting, antara lain:

1. Boleh menggunakan sapi untuk keperluan bercocok tanam, seperti membajak sawah dan semacamnya (lihat Shahih Bukhari, Kitab al-Harts wal Muzara’ah, hal. 477 cet. Maktabah al-Iman)

2. Hadits ini menunjukkan keutamaan sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab radhiyallahu’anhuma (lihat Shahih Bukhari, Kitab Fadha’il Ash-habin Nabiyyi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 764 dan 770, Syarh Muslim [8/12])

3. Hadits ini menunjukkan wajibnya membenarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, meskipun secara sepintas terdengar aneh atau di luar jangkauan akal. Hal itu dikarenakan beliau tidak berbicara berdasarkan hawa nafsunya, namun sekedar menyampaikan wahyu dari Rabbnya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah dia -Muhammad- berbicara dengan berdasarkan hawa nafsunya, akan tetapi itu adalah wahyu yang disampaikan kepadanya.” (QS. an-Najm: 3-4). Oleh sebab itu upaya sebagian kalangan yang tidak bertanggung jawab untuk menimbulkan keragu-raguan di dalam hati umat Islam akan kebenaran hadits-hadits Nabi adalah sebuah gerakan untuk meruntuhkan akidah Islam [!!], maka waspadalah wahai saudaraku!

4. Ucapan ‘subhanallah’ ketika mendengar atau melihat sesuatu yang mengherankan

5. Hadits ini menunjukkan bolehnya menyebutkan nama sebagian orang yang memiliki keutamaan di hadapan orang-orang untuk menunjukkan keutamaan mereka.

6. Hadits ini tidak bisa diartikan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak percaya diri dalam menyampaikan wahyu. Ada hikmah yang tersembunyi di balik sikap beliau membawa-bawa nama Abu Bakar dan Umar. Di antara hikmahnya -wallahu a’lam- adalah untuk menunjukkan keutamaan mereka berdua dan kekuatan iman mereka.

7. Semestinya memakai sesuatu sesuai dengan tujuan atau maksud pembuatannya.

8. Hadits ini menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah ta’ala, sehingga Allah pun mampu membuat binatang bisa berbicara. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah itu Maha berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. al-Baqarah: 20). Jangankan binatang -yang memiliki mulut-, sedangkan kulit saja -yang tidak punya mulut- kelak pada hari kiamat bisa berbicara dengan kuasa Allah ta’ala!

9. Menyampaikan kisah -yang sahih- merupakan salah satu bagian dari metode dakwah Nabi, tentu saja dengan tujuan untuk mengambil pelajaran darinya.

10. Sapi -demikian juga kerbau- adalah salah satu makhluk Allah. Oleh sebab itu manusia -yang telah dimuliakan Allah- tidak layak menghinakan diri di hadapan binatang, apalagi berebut mengambil kotorannya demi mendapatkan berkah [?!], na’udzu billahi min dzalik… Memang, bukan mata yang buta, akan tetapi sesuatu yang berada di dalam dada… itulah yang buta!

11. Akal manusia tidak bisa dijadikan sebagai standar/tolok ukur kebenaran. Namun yang bisa dijadikan standar adalah wahyu dari Allah ta’ala (al-Qur’an dan as-Sunnah)

Ust. Abu Mushlih Ari Wahyudi