Monday, October 6, 2008

Cerita Kehidupan

Ketika seseorang sudah mulai beranjak dewasa, ketika akalnya mulai sempurna, mulailah ia berpikir tentang hakikat kehidupan, yaitu kehidupan yang sedang ia jalani sebagaimana yang dijalani juga oleh yang lainnya. Bumi ini telah penuh sesak dengan manusia, semuanya silih bergani, ada yang datang dan ada yang pergi, ada yang lahir dan ada yang mati.

Jika hari ini berkuasa seorang raja, besok akan berkuasa lagi raja lainnya. Sekiranya hari ini ada pengangkatan seorang mentri atau seorang jendreral, dahulunya kita juga mendengar bahwa di negeri anu telah diangkat pula seorang menteri atau panglima. Yang tetap itu hanya peran manusia dalam kehidupan ini, sedangkan yang silih berganti adalah para pelaku yang memeraninya.

Peran kehidupan itu ada yang baik dan ada yang buruk, hanya saja manusia disuruh untuk memilih peran bai, bukan peran buruk.
“Itu adalah umat yang telah lalu, baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggung-jawaban tentang apa yang telah mereka jerjakan.” QS. Al-Baqarah : 141.
Nabi Musa ‘alayhisSalam, orang-orang disibukkan dengan kekuasaan Fir’aun, bahan cerita orang terfokus pada kekayaan Qarun dan decak kagum orang hanya pada arsitektur bangunan yang dirancang oleh Haman. Akan tetapi, mana cerita kehidupan itu sekarang ini? Semuanya sirna dan punah, yang kita temukan hanya ceritapada lembaran kitab-kitab suci. Dan apa yang tersisa dari sejarah kepongahan tersebut? Yang tersisa hanya bekas-bekasnya saja.

Dari sepanjang perjalanan hidup manusia yang beragam ini, baik pada masa kekuasaan orang-orang shalih, maupun cengkaraman orang-orang thalih, Allah Subhanahu waTa’ala tetap menjaga alam ini, memelihara bumi dan dunia sekitarnya, dalam keseimbangan yang berkesinambungan, dalam keindahan yang menakjubka dan ciptaan yang berjenis dan berpasang-pasangan. Adanya siang dan malam, laki-laki dan perempuan, langit dan bumi, semuanya itu pertanda adanya Pencipta.

Salah seorang Badui Jahiliyyah berkata, “Lautan yang berombak dan langit yang berbintang serta bumi yang berlembah, bukanlah semu itu menunjukkan adanya Sang Pencipta?”
Begitu besar penciptaan langit dan bumi beserta isinya, memberi pengertian kepada kita bahwa Allah Subhanahu waTa’ala menciptakannya bukan sekedar bermain-main.

Allah Subhanahu waTa’ala berfirman:
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kam secara main-main (saja) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” QS. Al-Mu’minun : 115.
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan beitu saja (tanpa pertanggunjawaban)?” QS. Al-Qiyamah : 36.
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melankan senda gurau dan main-main. Sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” QS. Al-Ankabut : 64.
Sekiranya kehidupan yang penuh kesinambungan ini tidak diciptakan untuk bersenda-gurau, lalu untuk apa Allah Subhanahu waTa’ala ciptakan? Apa tugas manusia? Apakah mereka hanya sekedar makan, minum, menikah dan memiliki keluarga dan mempererat suku saja? Atau ia hidup dalam tidak bertujuan sebagaimana ia mati tidak bertujuan? Tanah terakhir yang diletakkan oleh orang pada kuburannya, itu pula akhir dari cerita kehidupannya?

Bagaimana yang kaya dengan kezhalimannya, bagaimana yang berkuasa dengan kediktatorannya? Apakah mereka dibiarkan begitu saja? Bagaimana pula si Miskin dengan kefakirannya atau rakyat jelata dengan penderitaan mereka? Kapan mereka dapat kebahagiaan pula? Bagaimana pula dengan para nabi dan rasul, para ulama dan ahli ibadah terusir dan belum memperoleh kebahagiaan?

Sekiranya dunia ini diciptakan dengan keadilan Sang Pencipta, tentu balasan baik atau buruk dengan keadilan-Nya juga? Sekiranya dunia ini mampu Dia ciptakan dari asal yang tidak ada, berarti Dia pula mampu untuk membalas kebaikan dengan kebaikan dan keburukan dengan keburukan.

Allah Subhanahu waTa’ala berfirman:
Dan setia mereka semuanya akan dikumpulkan lagi kepada Kami. Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan. Dan kami jadikan padanya kebun0kebun kurma dan anggur dan kami pancarkan padanya beberapa mata air. Supaya mereka dapat makan dari buahnya dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? Maha Suci Rabb yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; kami tanggalkan siang dan malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan. Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetepan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mengetahui siang, dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” QS. Yasin : 32-40.
Dan Allah Subhanahu waTa’ala berfirman,
“Dan ia membuat perumpamaan bagi kami; dan dia lupa kepada kejadiannya, ia berkata: ‘Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?’ Katakanlah: ‘Ia akan dihidupkan oleh Rabb yang menciptakannnya kali yang pertama. dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluq. Yaitu Rabb yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu.’ Dan tidaklah Rabb yang menciotakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha pencipta lagi Maha Mengetahui.” QS. Yaasin : 78-81.
Diketik ulang dari buku Untukmu Yang Berjiwa Hanif karya Ust.Armen Halim Naro rahimahullaahu ta’ala bab Hakikat Kehidupan pp.9-17, Pustaka Darul ‘Ilmiy - Bogor.